Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry, Banda Aceh, Provinsi Aceh, Prof Syamsul Rijal. ANTARA/HO-Humas UIN Ar Raniry
…Ma’had berbeda dengan sekolah moderen, karena di sana menekankan penguasaan kitab klasik, sanad ilmu, serta pembinaan akhlak dan spiritualitas santri
Banda Aceh (ANTARA) – Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry, Banda Aceh, Provinsi Aceh, Prof Syamsul Rijal menyatakan Ma’had Aly atau pesantren tinggi memiliki peran strategis sebagai pilar reproduksi intelektual sekaligus penjaga peradaban Islam.
“Fungsi utama Ma’had adalah mencetak ulama dan cendekiawan yang berilmu sekaligus berakhlak mulia. Dari sinilah peradaban Islam terus dijaga dan direproduksi,” kata Prof Syamsul di Ma’had Aly Darul Munawwarah, Pidie Jaya, Kamis.
Syamsul yang juga Ketua Program Studi S3 Studi Islam Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh, mengatakan Ma’had bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi juga pusat kebudayaan dan sosial umat.
"Ma’had berbeda dengan sekolah moderen, karena di sana menekankan penguasaan kitab klasik, sanad ilmu, serta pembinaan akhlak dan spiritualitas santri," katanya.
Menurut dia Sanad ilmu menjadi jantung Ma’had. Di mana Keaslian pengetahuan Islam terjaga karena murid terhubung dengan guru-guru terdahulu hingga Rasulullah SAW.
Baca juga: MUI sebut agama adalah sumber utama perdamaian dan peradaban
Ia menambahkan, Ma’had berperan sebagai “perpustakaan hidup” yang melestarikan manuskrip klasik, melahirkan karya baru, serta menyeimbangkan kecerdasan intelektual dengan kedalaman spiritual.
“Peradaban yang hanya mengejar materialisme akan rapuh. Ma’had hadir untuk menanamkan nilai moral, etika, dan kemanusiaan,” katanya.
Syamsul mengingatkan pentingnya pembaruan kurikulum, integrasi teknologi, dan dukungan pembiayaan agar Ma’had tetap relevan.
“Ma’had menghadapi tantangan besar di era digital. Kurikulum dan metode pengajaran harus menyesuaikan kebutuhan kontemporer tanpa kehilangan akar tradisinya. Kolaborasi dengan lembaga pendidikan formal juga menjadi langkah penting,” kata Syamsul.
Baca juga: Pesantren postmodern dan gagasan transformasi ala kiai
Ia berharap Ma’had harus mampu menjembatani masa lalu dan masa depan, karena Ma’had tetap berakar pada tradisi, tetapi juga harus hadir menjawab kebutuhan umat.
Pewarta: M IfdhalEditor: Bernadus Tokan Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.